hidup dari berjualan sayur keliling
Ibu Eni, penjual sayur yang
sering mejual dagangannya di sekitar kampus haluoleo,
mengeluhkan kehidupannya sebagai penjual
sayur yang semakin sulit. wanita berusia 40 tahun, telah menghabiskan seluruh
hidupnya sebagai seorang pedagang
sayur. Alih-alih sejahtera, ibu Eni yang merupakan seorang pedagang sayur,
tetap hidup susah. Apalagi saat ini, kurangnya pasokan sayur dan naiknya harga harga di pasaran membuat ibu
eni kesusahan untuk mengembalikan modal padahal menjadi penjual sayur merupakan tempat mencari uang
untuk saat ini, kondisinya
“Usia saya sekarang 40 tahun.
Pokoknya lulus sekolah SD, saya langsung jadi pedagang sayur karena ibu saya membantu ibu sya menjual sayur juga sampai sekarang. Enakan zaman Soerharto. Sekarang lingkungan beda.
Dulu belum ada pestisida,.
Dalam sehari, ibu Eni mengaku hanya
mendapatkan penghasil Rp 20 ribu. Kalau sedang bagus, kata ibu Eni, pendapatan
mencapai RP 50 ribu. Menurut dia, penghasilan Rp 20 ribu, tidak mencukupi untuk
membiayai kebutuhan hidup sehari-hari bersama anak anaknya. Berangkat setiap
hari pukul 07.00WIB dan kembali ke rumah pukul 12.00WIB, hanya membawa uang yang tidak seberapa.dan kemudian jika ada
yang tidak habis dia pun lansund memasakanya dan di santap oleh anak-anaknya.
“Sekarang kalau dapat Rp 200 ribu,
dan itu kotor ya. Belum di potong untuk minyak (BBM). Setiap hari beli bensin per liter Rp 7 ribu
untuk 5 liter, belum lagi untuk makan. Sisa penghasilan Rp 50 ribu, kadang Rp
20 ribu”.
Ibu Eni juga mengaku selama ini belum pernah mendapatkan bantuan dari Pemerintah berupa sembako, bantuan langsung. Di era sekarang, pedagang biasanya
mendapatkan bantuan sembako kendati tidak sampai ke kami karena diselewengkan oleh oknum yang tidak
bertanggung jawab. Ibu Eni juga menganggap sia-sia menyampaikan keluh kesah kepada pejabat
terkait, toh tidak pernah direspon.
“Sekarang tuh sering pedagang demo, usul begini tetapi tetap saja tidak
direspon. Sebelum ada bantuan seperti sembako tetapi tidak sampai ke kami. Ke Ketua RT dulu,
kadang ada bantuan tetapi tidak sampai ke prdagang. Saya ingin kalau ada bantuan, langsung ke
nelayan. Saya sama sekali belum dapat”.
“Kalau pasokan sayur tidak masuk, ya habis kita. Kita
tidak tau harus kemana. Kita tidak ada penghasilan padahal kita perlu maka
apalagi kita kan punya anak dan bini.
Oleh sebab itu, dia berharap
pemerintah memberikan perhatian kepada pedagang sayur seperti kami. Mengenai bantuan , ibu Eni menginginkan.
Solihin berharap naiknya
produk domestik bruto (PDB) perikanan nasional sebesar 8,96 persen, juga
dirasakan oleh pedagang kecil seperti dirinya. Hanya menamatkan Sekolah Dasar (SD),
tidak ada pilihan lain untuknya
selain tetap menjalani profesi pedagang
sayur. Entah, sampai kapan ibu Eni akan tetap menggeluti profesi sebagai pedagang.
“Saya sekolahnya tidak tinggi,
hanya cuma lulusan SD. Bingung mau kerja apa lagi. Cari kerja sekarang kan
persyaratannya banyak,” ujarnya pasrah.
Komentar
Posting Komentar